Minggu, 05 April 2015
oooohhhh.... Dasar Pembantu Maniak Seks
Pertama-tama perkenalkan saya
Andy (bukan nama sebenarnya).
Saat ini saya menginjak 17tahun,
dan kisah ini terjadi kira-kira 2 minggu yang lalu, saat aku liburan
akhir semester. Waktu itu aku
sedang libur sekolah. Aku
berencana pergi ke villa tanteku di
kota M. Tanteku ini namanya Sofi,
orangnya cantik, tubuhnya-pun
sangat padat berisi, dan sangat
terawat walaupun usia nya
memasuki 38 tahun. Aku ingat
betul, pagi itu, hari sabtu, aku
berangkat dari kota S menuju
kota M. Sesampainya di sana, aku
pun disambut dengan ramah.
Setelah saling tanya-menanya
kabar, aku pun diantarkan ke
kamar oleh pembantu tanteku,
sebut saja Bi Sum, orangnya mirip
penyanyi keroncong Sundari
Soekotjo, tubuhnya yang indah
tak kalah dengan tanteku, Bi Sum
ini orangnya sangat polos, dan
usianya hampir sama dengan
tante Sofi, yang membuatku tak
berkedip saat mengikutinya dari
belakang adalah bongkahan
pantat nya yang nampak sangat
seksi bergerak Kiri-kanan, kiri-
kanan, kiri-kanan saat ia
berjalan, seeakan menantangku
untuk meremas nya. Setelah
sampai dikamar aku tertegun
sejenak, mengamati apa yang
kulihat, kamar yang luas dengan
interior yang ber-kelas di
dalamnya. sedang asyik-asyik nya
melamun aku dikagetkan oleh
suara Bi sum. “Den, ini kamarnya.”
“Eh iya Bi.” jawabku setengah
tergagap. Aku segera
menghempaskan ranselku begitu
saja di tempat tidur. “Den, nanti
kalau ada perlu apa-apa panggil
Bibi aja ya?” ucapnya sambil
berlalu. “Eh, tunggu Bi, Bibi bisa
mijit kan? badanku pegel nih.”
Kataku setengah memelas. “Kalau
sekedar mijit sih bisa den, tapi Bibi
ambil balsem dulu ya den?”
“Cepetan ya Bi, jangan lama-lama
lo?” “Wah kesempatan nih, aku
bisa merasakan tangan lembut Bi
Sum memijit badanku.” ucapku
dalam hati. Tak lama kemudian Bi
Sum datang dengan balsem di
tangan. “Den, coba Aden tiduran
gih.” suruh Bi Sum. “Eh, iya Bi.”
lalu aku telungkup di kasur yang
empuk itu, sambil mencopot bajuku.
Bi Sum pun mulai memijit
punggungku, sangat terasa olehku
tangan lembut Bi Sum memijit-
mijit. “Eh, Bi, tangan Bibi kok
lembut sih?” tanyaku memecah
keheningan. Bi Sum diam saja
sambil meneruskan pijatannya, aku
hanya bisa diam, sambil menikmati
pijitan tangan Bi Sum, otak
kotorku mulai berangan-angan
yang tidak-tidak. “Seandainya,
tangan lembut ini mengocok-
ngocok penisku, pasti enak sekali.”
kataku dalam hati, diikuti oleh
mulai bangunnya “Adik” kecilku.
Aku mencoba memecah keheningan
di dalam kamar yang luas itu. “Bi,
dari tadi aku nggak melihat om
susilo dan Dik rico sih.” “Lho, apa
aden belum dibilangin nyonya, Pak
Susilo kan sekarang pindah ke kota
B, sedang den Rico ikut neneknya
di kota L.” tuturnya. “Oo.., jadi
tante sendirian dong Bi?”
tanyaku “Iya den, kadang Bibi
juga kasihan melihat nyonya,
nggak ada yang nemenin.” kata Bi
Sum, sambil pijatannya diturunkan
ke paha kiriku. Lalu spontan aku
menggelinjang keenakan. “Ada
apa den?” tanyanya polos. “Anu
Bi, itu yang pegel.” jawabku
sekenanya. “Mm.. Bibi udah punya
suami?” kataku lagi. “Anu den,
suami Bibi sudah meninggal 6bulan
yang lalu.” jawabnya. Seolah
berlagak prihatin aku berkata.
“Maaf Bi, aku tidak tahu, trus
anak Bibi bagaimana?” “Bibi
titipkan pada adik Bibi” katanya,
sambil pijitannya beralih ke paha
kananku. “Mm.. Bibi nggak pingin
menikah lagi?” tanyaku lagi.
“Buat apa den, orang Bibi udah
tua kok, lagian mana ada yang
mau den?” ucapnya. “Lho, itu kan
kata Bibi, menurutku Bibi masih
keliatan cantik kok.” pujiku, sambil
mengamati wajahnya yang
bersemu merah. “Ah.., den andy ini
bisa saja” katanya, sambil tersipu
malu. “Eh bener loh Bi, Bibi masih
cantik, udah gitu seksi lagi, pasti
Bibi rajin merawat tubuh.”
Godaku lagi. “Udah ah, den ini
bikin Bibi malu aja, dari tadi dipuji
terus.” Lalu aku bangkit, dan
duduk berhadapan dengan dia.
“Bi.., siapa sih yang nggak mau
sama Bibi, sudah cantik, seksi lagi,
tuh lihat tubuh Bibi indahkan?,
apalagi ini masih indah loh..”
kataku, sambil memberanikan
menunjuk kearah gundukan yang
sekal di dadanya itu. Secara
reflek dia langsung menutupinya,
dan menundukkan wajahnya.
“Aden ini bisa saja, orang ini
sudah kendur kok dibilang bagus.”
katanya polos. Seperti mendapat
angin aku mulai memancingnya
lagi. “Bibi ini aneh, orang
payudara Bibi masih inah kok
bilangnya kendur, tuh lihat aja
sendiri” kataku, sambil
menyingkapkan kedua tangannya
yang menutupi payudaranya.
“Jangan ah den, Bibi malu.” “Bi..
kalau nggak percaya, tuh ada
cermin, coba Bibi buka baju Bibi,
dan ngaca.” Lalu aku mulai
membantu membuka baju kebaya
yang dikenakannya, sepertinya ia
pasrah saja. Setelah baju kebaya
nya lepas, dan ia hanya memakai
Bh yang nampak sangat kecil,
seakan payudaranya hendak
mencuat keluar. Aku pun mulai
menuntunnya ke depan cermin
besar yang ada di ujung ruangan.
“Jangan den, Bibi malu nanti
nyonya tahu bagaimana?”
tanyanya polos. “Tenang aja Bi,
tante Sofi nggak bakal tahu kok”
Aku yang ada dibelakang nya
mulai mencopot tali BH nya, dan
wow.. tampak olehku didepan
cermin, sepasang bukit kembar
yang sangat sekal dan padat
berisi, melihat itu “Adik” kecilku
langsung mengacung keras sekali.
Aku pun tak menyia-nyiakan
kesempatan emas ini. Aku langsung
meremas nya dari belakang, sambil
ciumanku kudaratkan ke lehernya
yang jenjang tersebut. Bi Sum
yang telah setengah telanjang
itu, hanya bisa mendesah dan
matanya “Merem-melek”. “Oh..
den jangan den, uhh.. den, Bibi
diapain, den” Aku tak menggubris
pertanyaannya malahan aku
meningkatkan seranganku. Kini ia
kubopong ke ranjang, sambil
menciumi putingnya yang merah
mencuat itu, ia pun kelihatan mulai
menikmati permainanku, dan Bi
Sum telah kurebahkan diranjang,
lalu aku mulai lagi menciumi
putingnya, sambil menarik jarik
yang dipakainya. “Uhh.. den shh..
Bibi enak den uh.. shh.. teruus
den” Aku pun mulai membuka
seluruh pakaianku dan ciumanku
terus turun keperutnya, dan
dengan ganasnya ku pelorotkan
CD yang dipakainya, aku terdiam
sesaat seraya mengamati
gundukan yang ada dibawah
perutnya itu. “Den, punya aden
besar sekali” katanya sambil
meremas penisku, lalu kusodorkan
penisku kemulutnya. “Bi, jilatin ya..
punya Andy.” Bibir mungil Bi Sum
mulai menjilati penisku. uuhh..,
sungguh nikmat sekali rasanya.
“Mmhh.. ohh.. Bi terus, kulum
penisku Bi.., tak lama kemudian Bi
Sum mulai menyedot-nyedot
penisku, dan rasanya ada yang
akan keluar di ujung penisku. “Bi..
teruuss, Bi.. aku mmaauu keeluuar,
oohh” jeritku panjang dan tiba-
tiba, serr maniku muncrat dalam
mulut Bi Sum, Bi Sum pun langsung
menelannya. Aku pun mulai pindah
posisi, kini aku mulai menjilati
memek Bi Sum, tampak didepan
mataku, memek Bi Sum yang
bersih, dengan seikit rambut.
Rupanya Bi Sum sudah tidak
sabar, ia menekan kepalaku agar
mulai menjilati memeknya dan
sluurpp.. memek Bi Sum kujilati
sampai kutenukan sesuatu yang
mencuat kecil, lalu kuhisap, dan
gigit kecil, gerakan tubuh Bi Sum
mulai tak karuan, tanganku pun
tidak tinggal diam, ku pilin-pilin
putingnya dengan tangan kiriku
sedangkan, tangan kananku ku
gunakan menusuk memeknya sambil
lidahku kumasukkan sedalam-
dalamnya. “Ohh.. den.. teruuss
den jilat teruss.. memek Bibi den..
mmhh” katanya sambil menggeliat
seperti cacing kepanasan. “Ouhh
den.. Bibi mau.. keluarr.. den ohh,
ahh, den, Bibi keeluuaarr, akhh.”
Bi Sum menggelinjang hebat dan
serr cairan kewanitaannya
kutelan tanpa sisa. Tampak Bi Sum
masih menikmati sisa-sisa orgasme
nya. Lalu aku mencium bibirnya
lidahku kumasukkan kedalam
mulutnya, ia pun sangat agresif
lalu membalas ciumanku dengan
hot. Aku pun mulai menciumi
telinganya, dan dadanya yang
besar menempel ketat di dadaku,
aku yang sudah sangat horny
langsung berkata, “Bi aku
masukkan sekarang ya..”. ia
hanya bisa mengangguk pelan. aku
pun mengambil posisi,
kukangkangkan pahanya lebar-
lebar, kutusukkan penisku ke
memek nya yang sudah sangat
becek. Bless.. separuh penisku
amblas kedalam memeknya, terasa
olehku memeknya menyedo-nyedot
kepala penisku. kusodokkan kembali
penisku, bless.. peniskupun amblas
kedalam memeknya, aku pun mulai
memaju-mundurkan pantatku,
memeknya terasa sangat sempit.
“Den.. ouhh.. teruuss.. denn..
mmhh..sshh.” desahan erotis itu
keluar dari mulut Bi Sum, aku pun
tambah horny dan kupercepat
sodokkanku di memeknya. “Oh.. Bii
memek kamu sempit banget, ohh
enak Bii, goyang teruuss Bii..
ouhh..” “Den.. cepatt.. den..
goyang yang cepat.. Bibi.. mauu..
keluar.. den..” aku mulai mengocok
penisku dengan kecepatan penuh,
tampak Bi Sum menggelinjang
hebat. “Den.. Bibi.. mau
keluuaarr.. ouhh.. shhshshshh..”
“Tahan Bii.. aku.. juga mau
keluuarr..” Lalu beberapa detik
kemudian terasa penisku di guyur
cairan yang sangat deras.. serr..
penisku pun berdenyut hebat dan,
serr.. terasa sangat nikmat sekali,
rasanya tulang-tulang ku copot
semua. aku pun rubuh diatas
wanita setengah baya yang
tengah menikmati orgasmenya.
“Bi.. terima kasih ya.. memek Bibi
enak” kataku sambil mencupang
buah dadanya. “Den kapan-kapan
Bibi dikasih lagi yaa.” akhirnya
kami tertidur dengan penisku
menancap di memek Bi Sum, tanpa
aku sadari permainan ku tadi
dilihat semua oleh tanteku, sambil
dia mempermainkan memeknya
dengan jarinya. sekian
pengalaman saya dengan Bi Sum,
pembantu tante saya yang
sangat menggiurkan. lain kali
akan saya ceritakan pengalaman
saya dengan tante saya yang
mengintip permainan saya dengan
Bi Sum, yang tentunya lebih
menghebohkan, karena tante saya
ini orang yang hipersex, jadi
nafsunya sangat besar, dan
meledak-ledak.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar